Sleep on Your Shoulder
March, yaaa
begitu banyak memory dalam bulan Maret 2014. Kala itu hari Rabu, tanggal 05
Maret 2014. Setelah aku dan Mas Alek berkomitmen bersama, hampir setiap hari
aku dan Mas Alek menghabiskan waktu bersama, entah itu sebelum aku kuliah, ketika
jeda kuliah, maupun setelah kuliah. Meski hanya sekedar ngobrol, wifi-an
bareng, motoran keliling Solo, maupun makan. Berasa seneng aja kalau sedang
berdua.Haha
Hingga pada
akhirnya setelah muter-muter kota Solo hujan deras. Aku dan Mas Alek sama-sama
tidak bawa mantol. Tapi untung hujannya turun krtika kita berdua sudah dekat
dengan kampus, sehingga tidak terlalu basah kuyup sudah bisa berteduh di dalam
kampus.
Aku dan Mas
Alek langsung menuju selter fakultas pertanian bagian selatan. Disana banyak
sekali mas-mas bermain game online. Mereka tertawa keras meski saat itu hujan
deras. Hemmmmm Mungkin mereka begitu menikmati serunya game online bersama
teman-temannya.
Aku dan Mas
Alek duduk di kursi paling timur menghadap timur (membelakangi mas-masnya).
Mas-masnya pun duduk menghadap barat, sehingga wajah kami tidak saling bertemu.
Aku dan Mas Alek becanda dan bercerita ketika melihat halaman bawah selter
banjir, air didanau pun meluap. Mas Alek pun iseng-iseng buat video seperti
halnya reporter yang sedang melaporkan berita tentang banjir (videonya masih
ada hingga sekarang J).
Hujan reda
cukup lama, tiba-tiba saja aku merasa kantuk. Hufft... aku tergolong orang yang
mudah ngantuk dan tiba-tiba tidur L Tanpa aku
sadari, kata Mas Alek aku tertidur di pundaknya. Yaaa, di pundak kanannya. Mas
Alek membuka jaket yang sedamg dipakainya dengan penuh hati-hati agar aku tidak
terbangun. Jaket tersebut kemudian dikenakan Mas Alek untuk menyelimuti tubuhku.
Tangan digenggam Mas Alek agar tetap hangat. Dan ternyata genggaman tangan itu
difoto juga sama Mas Alek.
Hari sudah
lumayan petang, hujanpun cukup reda namun masih sedikit gerimis. Mungkin pundak
Mas Alek terasa pegal, dan dia pun bergerak untuk ganti posisi duduk. Aku yang
sudah cukup lama tertidur di pundaknya pun terbangun ketika merasa Mas Alek
gerak. Ketika ku membuka mata, aku kaget karena hari sudah cukup gelap, Mas
Alek tersenyum melihatku yang masih bersandar di pundaknya sembari bertanya “nyenyak?”.
Aku juga kaget ada jaket menyelimuti tubuhku, kepalaku ada di pundak Mas Alek.
Aku pun cepat-cepat minta maaf karena sudah tertidur di pundaknya. Mas Alek
hanya membalas maafku dengan senyum. Mas Alek menceritakan apa yang terjadi
selama aku tidur tadi. Mas Alek juga menunjukkan foto genggaman tangan kita
berdua. Aku tersenyum tipis.
Aku dan Mas
Alekpun memutuskan untuk segera pulang, tetap nekat meski masih gerimis.
Perjalanan pulang sampai Gemolong 45 menit, Mas Alek khawatir kalau aku sampai
rumah kemaleman. Lagi-lagi saat yang paling menyebalkan adalah ketika kita
berdua harus berpisah untuk sementara, pulang ke habitat masing-masing.
Komentar
Posting Komentar