Akibat Menghafal Pancasila Secara Urut



Pancasila, tentu saja kata tersebut sudah tidak asing lagi di telinga kita. Teks Pancasila tersurat pada pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Pancasila sudah dipatenkan mutlak dan tidak bisa diganti lagi, yang hingga saat ini masih dan akan terus dijadikan sebagai dasar negara Republik Indonesia, sabagai falsafah hidup bangsa Indonesia.
Secara harfiah, kata Pancasila terdiri dari kata Panca dan Sila. Panca memiliki arti lima dan Sila merupakan dasar, jadi Pancasila adalah 5 butir dasar yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pemerintahan dan ketatanegaraan negara Indonesia.
Lima butir Pancasila tersebut yakni:
1.      Ketuhanan yang Maha Esa
2.      Kemanusiaan yang adil dan beradap
3.      Persatuan Indonesia
4.      Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5.      Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Tentu saja Pancasila sering kita dengar tatkala dalam acara upacara rutin hari senin maupun kegiatan resmi nasional lainnya. Dan upacarapun sudah kita ikuti sejak kita berada di jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Dari mendengar atau aktifitas mendengarkan yang terhitung sering dan dalam jangka waktu yang lumayan lama tersebut, mejadikan kita secara tidak langsung (tanpa upaya sadar) bisa menghafalnya, meski ada juga sebagian orang untuk menghafal teks tersebut perlu usaha menghafalkan secara khusus. Hal tersebut yang cenderung menjadikan orang menghafalnya secara urut.
Pernah saya sedikit berbincang dengan beberapa siswa kelas 6 SD mengenai Pancasila. Saya meminta mereka untuk mengucapkan Pancasila yang sering mereka dengarkan ketika upacara rutin di sekolahnya, dengan lantang dan percaya diri mereka mengucapkannya secara lancar dengan sedikit tersenyum (senyum yang bersifat ada unsur tinggi hati) mungkin mereka berfikir bahwa saya ini orang yang aneh sudah meminta mereka melakukan hal yang bagi mereka begitu mudah dan sepele. Kemudian saya memberi sedikit permainan pada mereka dan mereka pun menerima tantangan permainan dari saya tersebut, saya hanya mempertanyakan mengenai apa yang sudah mereka ucapkan. Saya meminta mereka mengucapkan sila pertama, dengan serentak mereka menjawab “Ketuhanan yang Maha Esa” secara cepat, iya benar dan bagus. Lalu saya meminta mereka mengucapkan sila ketiga, ternyata tidak secepat mereka menjawab pertanyaan pertama, ternyata mereka membutuhkan waktu yang lebih lama daripada pertanyaan saya yang pertama tadi, padahal sila ketiga malah lebih pendek dari sila pertama, kemudian mereka menjawab “Persatuan Indonesia,” iya pintar. Kemudian saya meminta mereka mengucapkan sila keempat, yang terjadi mereka malah mengucapkan sila pertama hingga sila ketiga namun secara pelan dan ketika sampai di sila keempat, mereka baru mengucapkannya secara lantang, yang tentu saja hal tersebut membutuhkan waktu lebih lama daripada mereka menjawab sebelumnya.
Kegiatan yang saya lakukan merupakan salah satu bukti bahwasannya kesadaran bangsa Indonesia terhadap dasar negara mereka sendiri masih kurang. Apalagi dalam kegiatan kuis yang saya lakukan terhadap anak-anak SD tersebut, yang harusnya seorang anak SD masih gencar-gencarnya diajarkan nilai-nilai Pancasila oleh gurunya di sekolah, karena nilai-nilai Pancasila memang harus mulai ditanamkan sejak dini, disamping itu otak seorang anak tentu masih memiliki kapasitas yang lebih banyak daripada orang dewasa untuk mengetahui dan menyimpan segala ilmu pengetahuan dasar yang harus mereka kuasai, termasuk pengetahuan mengenai dasar negara Indonesia yakni Pancasila. Namun yang terjadi dalam aplikasi kehidupan nyata, anak-anak hanya sekedar hafal, itupun secara urut. Apabila diminta untuk mengucapkan butir-butir Pancasila secara tidak urut atau dengan kuis seperti yang saya lakukan, mereka belum mampu. Harus membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menjawab, atau bahkan mereka mengucapkan dengan pelan terlebih dahulu butir-butir Pancasila tersebut secara urut baru kemudian mengucapkan butir sila yang dimaksud secara lantang.
Begitu ironis, ini masih hanya dalam tataran menghafal dasar negara saja. Sejak kecil saja mereka tidak mampu sekedar menghafal, bagaimana kelak ketika mereka dewasa mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari mereka?
Dengan semangat Hari Kesaktian Pancasila tanggal 1 Juni 2013, mari kita semua sebagai bangsa yang baik, bangsa yang besar, bangsa yang menghargai jasa pahlawan, kita terus berusaha meningkatkan aplikasi nyata nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, agar bangsa Indonesia tidak kehilangan jati diri karena bangsanya kurang memiliki kesadaran atas dasar negaranya.

Komentar