Bahasa Jawa Kuna


I.                   Pendahuluan

A.    Bahasa Jawa Kuna sebagai dialek temporal
Dari sisi historisnya, bahasa Jawa dapat dipilah berdasarkan waktu pemakaiannya, yaitu bahasa Jawa Kuna, bahasa Jawa Tengahan, bahasa Jawa Baru, bahasa Jawa Modern. Dalam memilah masa pemakaian bahasa tersebut berdasarkan kerajaan apa dan siapa yang berkuasa, ciri-ciri lingual, maupun temporalnya.
Pemakaian istilah bahasa Jawa Kuna sebenarnya lebih mempertimbangkan kurun waktu pemakaian bahasa Jawa pada waktu itu (temporal) atau jaan kuna. Bahasa Kawi lebih mempertimabangkan pemakainya atau penggunanya. Kata Kawi dalam Kamus Bahasa Jawa-Indonesia berasal dari kata Sansekerta Kawi atau Kavi yang berarti ‘pujangga, penyair’, dan kata Kawya atau Kavya yangberarti sajak, syair, puisi (Mardiwarsito, 1981 : 274-275).
Mardiwarsito dan Kridalaksana (1984 : 13) menyebutkan bahasa Jawa Kuna sebagai salah satu bahasa kesusastraan yang sangat tua, salah satu karya tertua berjudul Cand’akarana, memuat nama raja keturunan Sailendra, diperkirakan berasal dari abad ke-8 Masehi, karena raja tersebut yang membangun Candi Kalasan (kurang lebih tahun 700 Śaka atau 778 Masehi). Piagam yang berbahasa Jawa Kuna tertua diketemukan di Desa Sukabumi (dekat Kediri, Jawa Timur).
Berdasarkan waktu pemakaian bahasa Jawa Kuna merupakan salah satu dialek temporal. Bahasa Jawa Kuna seperti dalam buku Rậmậyana, Ädiparwa, Arjunawiwaha, Bhậratayuddha dan sebagainya dipergunakan hanya sampai menjelang berdirinya kerajaan Singasari.
B.     Bukti-bukti adanya dialek temporal bahasa Jawa
1.      Bahasa Jawa Kuna
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Sudah mendapat pengaruh bahasa Sansekerta
b.      Belum mengenal bahasa Arab dalam karya sastranya, karena para pujangga banyak yang menganut agama Hindu atau Budha
c.       Karya sastra yang muncul ; (1) Karya sastra Jawa Kuna yang tua seperti Cand’akarana sampai dengan Lubdhaka meliputi 26 buku; (2) Karya sastra Jawa Kuna baru seperti Brahmand’apurana kakawin sampai dengan Harisraya kakawin meliputi 10 buku
d.      Berbetntuk gancaran (prosa) dan kakawin (puisi) dengan kaidah kakawin Sansekerta
2.      Bahasa Jawa Tengahan
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Hasil karya penulis tradisional masih menggunakan bahasa sastra atau bahasa buku
b.      Syair Jawa Tengahan telah mendapat pengaruh bahasa Arab, meliputi dua jenis, yaitu (1) tembang gedhe tanpa guru lagu kakwin seperti Dewa Ruci dan Suluk Karsa; (2) tembang tengahan (macapat), meliputi Sudamala sampai dengan Sri Tanjung
c.       Sesudah mendapat pengaruh Islam, karya sastra yang muncul seperti Het book van Bonang sampai dengan Kitab Kanda
d.      Hek book va Bonang bentuknya tembang gedhe (dengan kaidah bukan kaidah kakawin Sansekerta), Kitab Kanda bentuknya tembang tengahan, kidung, dan macapat
Pada masa Kerajaan Majapahit Bahasa Jawa Tengahan merupakan bahasa lisan, namun karya sastra masih tetap menggunakan bahasa Jawa Kuna/ Kawi. Contoh karya sastra yang masih menggunakan Bahasa Jawa Kuna/ Kawi : Nagara kretagama, Arjuna wijaya, Sutasoma, Dharmasunya dan Harisraya (kakawin). Bahasa lisan tetap sangat berpengaruh pada bahasa buku, ingga muncullah karya-karya prosa seperti Tantu Panggelaran, Pararaton (Gancar).
3.      Bahasa Jawa Baru
Mulai munculnya kerajaan (ada tarik-menarik antara Islam dan Hindu) yakni Demak, Pajang, Surakarta Hadiningrat. Karya sastra prosa yang muncul tahun 1920; Serat Riyanto, Wulandara.
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Munculnya Sufiks {-anế/ an+ế} dan {-nế}
b.      Kata-kata baru atau kata lama berbentuk baru banyak jumlahnya
c.       Bahasa Jawa Krama telah berkembang dengan sempurn, kira-kira sejak jaman Sultan Agung Kerajaan Mataram II (Tahun 1613-1645)
4.      Bahasa Jawa Modern
Istilah bahasa Jawa Modern digunakan hanya untuk mengambil garis batas antara unsur bahasa Jawa yang diidentifikasi sebagai bahasa Jawa baru. Secara faktual menyertakan bukti-bukti yang konkrit, bahwa denga majunya teknologi dan komunikasi seperti sekarang ini, yang disebut bahasa Jawa baru dengan bahasa Jawa modern akan jelas berbeda. Apalagi ketika bahasa Jawa baru itu disebutkan mulai jaman Surakarta awal kurang lebih tahun 1740-an Masehi.
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Masih menggunakan istilah-istilah lama bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta yang dipandang sebagai bahasa indah
b.      Tetap terpeliharanya unsure leksikal bahasa Jawa dari pengaruh bahasa Arab dengan terjadinya penyesuaian fonetis bahasa Jawa
c.       Pungutan unsur leksikal bahasa-bahasa asing
d.      Diambilnya istilah-istilah teknologi dan ilmu pengetahuan umum kedalam bahasa Jawa dengan tanpa perubahan.
C.    Teori tentang vokal
Beberapa definisi mengenai vokal :
Ø  Vokal menurut Wikipedia bahasa adalah tekanan kata yang direalisasikan pada suku kata kedua dari belakang, kecuali jika suku kata memiliki sebuah pepet.
Ø  Dalam bahasa Indonesia teori huruf vokal menyebutkan bahwa huruf vokal/ huruf hidup adalah bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru tidak terkena hambatan/ halangan.
Ø  Pada Definisi, Jenis dan Perbedaan dari Bunyi huruf Vokal & Konsonan, bunyi huruf vokal adalah bunyi yang tidak disertai hambatan pada alat bicara. Hambatan hanya terdapat pada pita suara, tidak terdapat artikulasi, semua vokal dihasilkan dengan bergetarnya pita suara.
Fonem Vokal Bahasa Jawa Kuna :
1)      /a/ dilafalkan [a] dalam Bahasa Indonesia seperti kata akan [akan]
2)      /e/ dilafalkan [ệ] dalam Bahasa Indonesia seperti kata segar [sệgar]
3)      /i/ dilafalkan [i] dalam Bahasa Indonesia seperti kata ini [ini]
4)      /u/ dilafalkan [u] dalam Bahasa Indonesia seperti kata buku [buku]
5)      /ay/ dilafalkan [ai] dalam Bahasa Indonesia seperti kata mempelai [mempelai]
6)      /o/ dilafalkan [o] dalam Bahasa Indonesia seperti kata bola [bola]
7)      /o/ dilafalkan [ö] dalam Bahasa Sunda seperti kata jeung [jeung]
8)      /ậ/ dilafalkan [ậ] dibaca lebih panjang dari /a/ biasa
9)      / / dilafalkan [ ] dibaca lebih panjang dari /i/ biasa
10)  / / dilafalkan [ ] dibaca lebih panjang dari /u/ biasa
11)  /e/ dilafalkan [é] dalam Bahasa Indonesia seperti kata bebas [bebas]



II.               Bentuk dan distribusi vokal Bahasa Jawa Kuna
A.    Vokal A
Kata
Glos
Distribusi
Depan
Tengah
Belakang
catus
empat
ü   


swậgata
menjamu
ü   
ü   
ü   
athiti
tamu
ü   


kadi
seolah-olah
ü   


denta
olehmu


ü   
kawaḉa
menguasai
ü   
ü   
ü   
samudra
lautan
ü   

ü   
pangguh
mendapatkan
ü   


patapan
pertapaan
ü   
ü   
ü   
ramya
permai
ü   

ü   
sarwa
macam2
ü   

ü   
phala
buah
ü   

ü   
nadi
sungai
ü   


singha
singa


ü   
durbala
lemah

ü   
ü   
wadwa
tentara
ü   

ü   
haji
raja
ü   



B.     Vokal I
Kata
Glos
Distribusi
Depan
Tengah
Belakang
ulih
pendapatan


ü   
nityakậla
selalu
ü   


wiku
pendeta
ü   


tuminghal
melihat-lihat

ü   

bhukti
rasa


ü   
nityakậla
selalu
ü   


nadi
sungai


ü   
panti
serambi


ü   
ring
kepada
ü   


wijil
keluar
ü   

ü   
ndi
kemana
ü   


hati
hati


ü   
pinakabapa
menjadi ayah
ü   


nirậhậra
tidak makan
ü   


buddhi
pikir


ü   
ri
akan hal
ü   


tinghal
dilihat oleh
ü   


C.     Vokal U
Kata
Glos
Distribusi
Depan
Tengah
Belakang
durbala
lemah
ü   


mpu
tuan
ü   


ibu
ibu, nyoya


ü   
kaprabhun
pemerintahan


ü   
matuha
menjadi tua

ü   

ḉubha
baik
ü   


tedun
turun


ü   
tulih
pulanglah
ü   


lebu
debu


ü   
suku
kaki
ü   

ü   
winutan
diabui

ü   

laku
pergi


ü   
suputra
putra bagus
ü   
ü   

tulis
gambar
ü   


pangundang
undangan

ü   

tumuluy
lalu
ü   
ü   
ü   
ulah
perbuatan
ü   


hyun
hasrat
ü   



D.    Vokal E
Kata
Glos
Distribusi
Depan
Tengah
Belakang
ike
ini


ü   
erang
malu
ü   


wetan
timur
ü   


kewala
hanya
ü   


sandeha
cemas

ü   

makweha
akan banyak

ü   

maweha
memberi

ü   

magawe
berbuat


ü   
we
air
ü   


wedamantra
mantera Weda
ü   


her
menanti
ü   


ngke
disini
ü   


atane
bertanya


ü   
anggehta
kedudukanmu

ü   

denta
olehmu
ü   


kapengin
mengingini

ü   

kendran
dunia Indra
ü   


sawet
oleh


ü   
E.     Vokal O
Kata
Glos
Distribusi
Depan
Tengah
Belakang
tonton
melihat
ü   

ü   
tamolah
tinggal

ü   

mogha
hingga
ü   


janmotpatti
kelahiran

ü   

doh
jauh
ü   


alon
sepoi-sepoi


ü   
pakon
perintah


ü   
somah
diperistri
ü   


om
menyetujui
ü   


yogya
sebaiknya
ü   


ko
engkau
ü   


orasaputra
putra sendiri
ü   


kenoh
benar


ü   
kol
peluk
ü   


don
sasaran
ü   


kottaman
paling utana
ü   


rengo
mendengar


ü   
kadoha
akan kalah

ü   


















III.            Daftar Pustaka
Abdullah Wakit dan Sri Lestari Handayani. 2007. BAHASA JAWA KUNA : Sejarah, Struktur dan Leksikonnya. Surakarta : Universitas Sebelas Maret
Mardiwarsito, L. 1981. Kamus Jawa Kuna-Indonesia, Ende Flores: Nusa Indah
Poerwadarminta, W.J.S. 1939. Baoesastra Djawa, N. V. Groningen: Batavia
Mardiwarsito, L dan Harimurti Kridalaksana. 1983. Truktur Bahasa Jawa Kuna. Ende Flores: Nusa Indah
Wojowasito, S. 1982. Kawicastra. Jakarta: Penerbit Djambatan
www.google.com/ teori mengenai huruf vokal/
www.google.com/ definisi huruf vokal/
Çakuntala

Komentar